Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section
adalah salah satu tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui
sayatan abdomen dan uterus. SC merupakan tindakan yang dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan janin bila diperlukan.
Tindakan
sectio caesarea (SC) dapat dilakukan secara gawat darurat ataupun
elektif. Akan tetapi, tindakan ini harus dilakukan hanya bila
terdapat indikasi. Indikasi dilakukannya SC dapat berupa indikasi fetal,
maternal, ataupun keduanya yang umumnya mencakup masalah pada his (power), jalan lahir (passage), dan fetus (passanger).
Melakukan sectio caesarea (SC)
dengan indikasi yang tepat akan mengurangi angka SC yang tidak
diperlukan dan komplikasi terkait, seperti infeksi, gangguan traktus
genitourinaria, perdarahan, ileus, sepsis, hingga komplikasi jangka
panjang.
Operasi sectio caesarea (SC) dapat dilakukan dalam berapa langkah, yaitu:
Laparotomi
Histerotomi
Persalinan
Reparasi uterus
Penutupan luka bekas insisi
Tindakan
sectio caesarea (SC) memerlukan kompetensi khusus dan alat-alat khusus.
Oleh karena itu, tindakan ini harus dilakukan oleh dokter yang
berkompetensi dan fasilitas kesehatan yang memadai.
B. Sejarah
Pada 1316, Robert II dari Skotlandia dilahirkan dengan operasi sesar, ibunya Marjorie Bruce, kemudian meninggal. Bukti pertama mengenai ibu yang selamat dari operasi sesar adalah di Siegershausen, Swiss tahun 1500: Jacob Nufer,
seorang pedagang babi, harus membedah istrinya setelah proses
persalinan yang lama. Prosedur operasi sesar di waktu lampau mempunyai
angka kematian yang tinggi. Di Britania Raya dan Irlandia, angka
kematian akibat operasi sesar pada 1865 adalah 85%. Beberapa penemuan yang membantu menurunkan angka kematian antara lain:
Pada 5 Maret2000, Inés Ramírez
melakukan operasi sesar pada dirinya sendiri dan berhasil
mempertahankan nyawanya dan juga bayinya, Orlando Ruiz Ramírez. Ia
dipercaya sebagai satu-satunya wanita yang melakukan operasi sesar pada
dirinya sendiri.
C. Etimologi
Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata "caesar".
Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kunoJulius Caesar
yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah,
hal ini sangat tidak memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia
mencapai usia dewasa (operasi sesar tidak mungkin dilakukan pada masa
tersebut terkait dengan teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda
tersebut telah bertahan sejak abad ke-2 SM.
Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu
dilakukan pada ibu hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang
bayi. Hal ini dikenal dengan istilah lex caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah ini.
Secara umum, istilah "operasi sesar" merupakan gabungan dari hal-hal tersebut di atas. Kata kerja caedo dalam kalimat a matre caesus ("membedah ibunya") digunakan pada masa Romawi untuk mendeskripsikan operasi tersebut.
D. Macam - macam
Tipe-tipe dari Sectio Caesarea menurut Oxorn (1996) adalah:
1. Tipe-tipe segmen bawah: Insisi melintang Insisi
melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan abdomen dibuka
dan disingkapkan, lipatan vesika uteri peritoneum yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus disayat melintang, lipatan ini
dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapang pandang,
2. Tipe segmen bawah: insisi membujur Cara
membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada sisi
melintang. lnsisi membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio caesaria klasik Insisi
longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting
berujung tumpul,
4. Sectio caesaria ekstraperitoneal Pembedahan
ekstraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi
pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisasi yang sering bersifat fatal.
Referensi :
1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Cesarean Birth.
ACOG. 2013. Diakses dari:
https://www.acog.org/Patients/FAQs/Cesarean-Birth.
2. Cunningham F,
Leveno K, Bloom S, Spong C, Dashe J, Hoffman B, et al. Cesarean delivery
and peripartum hysterectomy. In: William’s Obstetrics. 24th ed. New
York: Mc Graw HIl; 2011. p. 587–607.
3. Royal College of Obstetricions and Gynaecologists. Caesarean Section Guidelines. NICE Clin Guidel. 2011;282.
4. World Health Organization. WHO Statement on Caesarean Section Rates. Human Reproductive Program. 2015;23:149–50.
5. Mylonas I, Friese K. Indications for and Risks of Elective Cesarean Section. Dtsch Arztebl Int. 2015;112:489–95.
6. Field A, Haloob R. Complications of caesarean section. Obstet Gynaecol. 2016;18:265–72.
Indikasi dilakukannya operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section, secara umum adalah bila terdapat masalah pada jalan lahir (passage), his (power), dan/atau janin (passenger)
atau terdapat kontraindikasi persalinan per vaginam. Indikasi ini dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu indikasi maternal, indikasi
fetal, dan keduanya.
Kelainan
anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas
pelvis yang mengganggu kepala bayi masuk pintu atas panggul
Massa : massa atau lesi obstruktif
pada traktus genital bawah (kondiloma vulvovaginal, malignansi,
leiomyoma uterus bagian bawah), riwayat miomektomi full-thickness, kanker serviks invasif
Kardiovaskular
: kondisi jantung yang tidak memungkinkan manuver Valsalva dilakukan,
aneurisma serebral atau malformasi arteriovena
Lainnya : dehisensi insisi uterus, HIV atau HSV, persalinan SC terencana (by request) dengan catatan tertentu
Indikasi Fetal dan Maternal
Plasenta previa, plasenta akreta
Solusio plasenta
Disproporsi sefalopelvik
Kehamilan post-term
Kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vaginam
Percobaan persalinan per vaginam gagal
Operasi sectio caesarea (SC) pada
indikasi-indikasi di atas dapat dilakukan secara elektif ataupun
emergensi berdasarkan kategori tingkat urgensinya. Studi menunjukkan
bahwa melakukan SC dengan indikasi secara terencana memberikan dampak
lebih baik secara psikologis terhadap ibu. Meskipun demikian, segala
upaya untuk mencegah SC perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan SC
bila memungkinkan.
B. Klasifikasi
Operasi sectio caesarea (SC) secara
umum dibedakan menjadi primer dan sekunder. SC primer merupakan tindakan
yang dilakukan pertama kali, sedangkan SC sekunder merupakan tindakan
SC dengan riwayat SC sebelumnya.
Berdasarkan tingkat urgensinya, sectio caesarea (SC) dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif. Hanya 1% kehamilan yang memerlukan SC cito,
yaitu SC yang dilakukan setelah proses pesalinan dimulai. Sedangkan SC
elektif adalah tindakan SC terencana yang dilakukan sebelum proses
persalinan dimulai.Operasi SC emergensi dibagi ke dalam 3
kategori, yaitu:
Kategori 1 : Gawat janin atau gawat ibu yang membahayakan nyawa
Kategori 2 : Kegawatan janin atau ibu yang tidak membahayakan nyawa
Kategori 3 : Persalinan dibutuhkan tanpa adanya tanda gawat janin atau gawat ibu
Tingkat urgensi sectio caesarea (SC)
akan menentukan waktu tindakan harus dilakukan. Persalinan yang termasuk
ke dalam kategori 1 dan 2 perlu mendapatkan penanganan dengan SC
secepatnya. Tindakan SC harus dilakukan segera setelah diagnosis dibuat,
yaitu dalam kurun waktu 30 menit pada kategori 1 dan dalam 75 menit
pada kategori 2.
C. Kontraindikasi
Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean section hanya memiliki kontraindikasi relatif, tetapi tidak ada kontraindikasi absolut. Kontraindikasi SC adalah pada dua keadaan :
1. Keselamatan ibu terancam bila tindakan dilakukan (misalnya, ibu menderita gangguan pulmonal berat.
2. Fetus
diketahui memiliki abnormalitas kariotipik atau anomali kongenital yang
dapat menyebabkan kematian segera setelah lahir (misalnya, anesncephaly).
D. Komplikasi
1. Komplikasi Sectio Caesarea menurut Hacker (2001) adalah: a.
Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostasis karena
incisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah
pemanjangan masa persalinan.
b.
Sepsis sesudah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih
besar bila sectio caesarea dilaksanakan selama persalinan atau bila
terdapat infeksi dalam rahim.
c.
Cedera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang lebar
dan ureter. Hematuri singkat dapat terjadi terlalu antusias dalam
menggunakan refaktor di daerah dinding kandung kemih.
2. Komplikasi yang timbul pada eklampsia (Mansjoer, 1999): Komplikasi
tergantung derajat pre eklampsia atau eklampsia antara lain atonia
uteri, sindrom HELLP (Hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet
count), ablasi retina, KIID (Koagulasi Intravaskuler diseminata), gagal
ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung hingga stock dan
kematian.Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insifisiensi uteroplasental, misalnya: pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
Referensi :
1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong C, Dashe J, Hoffman B, et al.
Cesarean delivery and peripartum hysterectomy. In: William’s Obstetrics.
24th ed. New York: Mc Graw HIl; 2011. p. 587–607.
2. Royal College of Obstetricions and Gynaecologists. Caesarean Section Guidelines. NICE Clin Guidel. 2011;282.
3. World Health Organization. WHO Statement on Caesarean Section Rates. Human Reproductive Program. 2015;23:149–50.
4. Mylonas I, Friese K. Indications for and Risks of Elective Cesarean Section. Dtsch Arztebl Int. 2015;112:489–95.
5. Begum T, Rahman A, Nababan H, Emdadul Hoque DM, Khan AF, Ali T,
et al. Indications and determinants of caesarean section delivery:
Evidence from a population-based study in Matlab, Bangladesh. PLoS One.
2017;12.
6. Handelzalts JE, Waldman Peyser A, Krissi H, Levy S, Wiznitzer A,
Peled Y. Indications for emergency intervention, mode of delivery, and
the childbirth experience. PLoS One. 2017;12.
7. Louis HS. Cesarean Delivery. Medscape. 2017. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/263424-overview
8. Mascarello
KC, Horta BL, Silveira MF. Maternal complications and cesarean section
without indication: systematic review and meta-analysis. Rev Saude
Publica. 2017;51:105.
Persalinan secara sectio caesarea memberikan dampak bagi ibu dan bayi, nyeri yang hilang timbul akibat pembedahan pada dinding abdomen dan dinding rahim yang tidak hilang hanya dalam satu hari itu memberi dampak seperti mobilisasi terbatas, bounding attachment (ikatan kasih sayang) terganggu/tidak terpenuhi, Activity of Daily Living (ADL) terganggu pada ibu dan akibatnya nutrisi bayi berkurang sebab tertundanya pemberian ASI sejak awal, selain itu juga mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang akan mempengaruhi daya tahan tubuh bayi yang dilahirkan secara Sectio Caesarea (Afifah, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Orun (2010) mengenai IMD pada ibu post sectio caesarea didapatkan hasil bahwa hanya terdapat 2.8% yang melakukan IMD pada 30 menit pertama setelah persalinan, dan 18.9% satu jam setelah persalinan. Dalam tiga jam pertama, frekuensi menyusui pada ibu melahirkan bayi secara normal lebih tinggi dari pada ibu dengan persalinan sectio caesarea. Hal ini membuktikan bahwa IMD tidak dapat dilakukan secara maksimal pada ibu post sectio caesarea.
B. Penanganan
Menurut Blacks dan Hawks (2014) penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi dapat dilakukan dengan cara terapi fisik (meliputi stimulasi kulit, pijatan, kompres hangat dan dingin, TENS, akupunktur dan akupresur) serta kognitif dan biobehavioral terapi (meliputi latihan nafas dalam, relaksasi progresif, rhytmic breathing, terapi musik, bimbingan imaginasi, biofeedback, distraksi, sentuhan terapeutik, meditasi, hipnosis, humor dan magnet).
(a) Stimulasi dan masase kutaneus Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot.
(b) Terapi es dan panas Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hatihati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit.
(c) Transcutaneus electric nerve stimulation (TENS) Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri kronis
(d) Distraksi Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke Otak.
(e) Teknik relaksasi Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Terdapat empat macam tipe relaksasi yaitu. Relaksasi otot (Progresive Muscle Relaxation), Pernafasan (Diaphragmatic Breathing), Meditasi dan relaksasi perilaku. (Miltenberg, 2012). Relaksasi pernafasan merupakan suatu metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri luka, bekas operasi dan nyeri persalinan, Metode relaksasi pernapasan ini juga mengurangi respon melawan atau menghindar seperti gemetar. Saat kondisi stress, cemas, dan masalah psikologis lainnya biasanya akan ada peningkatan frekuensi pernafasan. Hal ini akibat dari saraf simpatis yang berlebihan atau sering disebut dengan respon melawan atau lari (Simpkin, 2005).
Siapa sih yang pengen cepet pandemi ini selesai, udah gak sabar pengen jalan-jalan keluar rumah tanpa harus parno hehe.Tapi ya kalo dipikir-pikir, pandemi kali ini ada baiknya juga ya. Seperti yang dikatakan orang Indonesia “di balik kejadian buruk pasti ada hikmahnya” :D
Lah hikmah apa? Kamu ngerasa gak kalo pandemi ini membuat perhatian orang-orang pada kesehatan udah meningkat banget? Baik kesehatan fisik, maupun kesehatan mental. Contohnya, pada perhatian kesehatan fisik, orang-orang jadi lebih rajin berolahraga, menjaga kebersihan, dan makan makanan sehat. Sedangkan pada kesehatan mental, jadi lebih peduli terhadap perasaan atau emosi yang dialami. Isolasi di rumah dalam jangka waktu panjang dan kekhawatiran akan virus yang menyebar membuat orang-orang rasanya gampang stres, jenuh, atau capek.
Hal inilah yang memungkinkan mereka jadi lebih sadar akan pentingnya peran kesehatan mental. Orang-orang jadi gak segan untuk jujur pada kesehatan mental mereka dan mempertanyakan emosi yang mereka rasakan, seperti “kayaknya ada yang gak beres ama gue” “kenapa ya gue merasa capek banget padahal gak ngapa-ngapain”. Bukan hanya karena pandemi, tetapi perkembangan zaman juga udah semakin maju. Jadi, informasi mengenai kesehatan mental lebih mudah tersebar luas, yang mengakibatkan terbukanya pandangan orang-orang akan kesehatan mental. Walaupun belum seluruhnya merata ya. Nah kalo dari kacamataku sendiri, aku lihat orang-orang sekitarku udah semakin sadar akan kesehatan mental. Keluarga, teman-teman, bahkan akun-akun di media sosial udah banyak banget yang mengangkat permasalahan atau isu kesehatan mental, Satu Persen sendiri pun juga begitu. Gak ketinggalan, pemerintah sendiri pun mulai aware terhadap kesehatan mental masyarakatnya. Seperti mengeluarkan Layanan Konsultasi Sehat dan Jiwa, atau bisa disebut SEJIWA untuk membantu masyarakat yang mengalami tekanan di tengah pademi ini.
Tapi, kalau dari kacamata yang kamu lihat gimana? Lingkungan sekitarmu udah banyak yang sadar akan kesehatan mental atau belum?
Aku yakin banget walaupun udah banyak yang sadar akan kesehatan mental, pasti masih ada beberapa yang gak peduli. Atau masih menganut pandangan lama yang gak sepenuhnya benar. Pandangan salah tentang kesehatan mental:
Pertama, anggapan bahwa masalah kesehatan mental berarti punya gangguan mental dan mempunyai gangguan mental berarti “gila”. Masyarakat menganggap hal ini kemungkinan dikarenakan gangguan mental berarti membahayakan. Padahal gak semua yang memiliki gangguan mental gak bisa mengontrol diri atau menyakiti orang lain.
Kedua, memandang masalah kesehatan mental merupakan hal yang gak penting, dan menganggapnya sebagai kesalahan diri sendiri. Contohnya yang mungkin pernah kamu dengar, yaitu “kurang iman”
Ketiga, dianggap sebagai kelemahan, sehingga malu untuk meminta bantuan. Khususnya pada pria, karena adanya anggapan bahwa pria merupakan sosok yang kuat dan gak cengeng, biasa dikenal dengan toxic masculinity.
Pandangan-pandangan seperti itu membuat orang-orang menjadi enggan untuk terbuka akan kesehatan mental. Orang-orang jadi malu untuk mengakui permasalahan kesehatan mental yang mereka miliki, malu untuk pergi ke psikolog atau psikiater. Bahkan untuk mempelajari apa itu kesehatan mental aja rasanya gak banget, kayak “apa sih gue sehat kok, gue gak kenapa-kenapa” padahal siapa yang tau?
Contoh nyatanya, kayak di sekolah, universitas, atau kantor, pernah gak kamu denger ada yang izin gak masuk karena permasalahan kesehatan mental? Jarang, kan? Atau gak pernah dengar sama sekali? Aku sendiri pun belum pernah dengar seseorang izin karena alasan kesehatan mental. Paling yang biasa aku denger sih izin karena sakit fisik, kayak demam, batuk-batuk, atau tipes.
Tapi hal ini juga bukan sebuah kesalahan aku, kamu, ataupun mereka. Negara Indonesia sendiri memiliki penduduk yang sangat banyak, dan masih ada yang gak terjangkau oleh teknologi atau kapasitas yang mumpuni, jadi gak heran suara dan isu akan kesehatan mental belum terdengar oleh beberapa orang. Sehingga mengakibatkan minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan mental.
Seenggaknya kamu yang membaca tulisan ini merupakan satu langkah awal untuk memulai memahami akan pentingnya kesehatan mental. Dengan memahami akan pentingnya menjaga kesehatan mental, akan membawa dirimu dan orang-orang sekitarmu menjadi lebih berkualitas. Kamu bisa lebih peduli terhadap dirimu dan mengajak orang lain akan lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental. Dimulai dari keluarga kamu, sahabat kamu, atau keluarga jauh kamu di kampung sana. Mari kita ubah stigma mengenai kesehatan mental! :) Kenapa kesehatan mental kita penting? Kenapa kita wajib tau keadaan kesehatan mental kita? Sebelum kita membahas kenapa menjaga kesehatan mental itu penting, kita perlu memahami apa itu kesehatan mental. Karena bagaimana mau menjaga semisalnya kita gak mengenal? Gak perlu membahas terlalu mendalam, biarkan profesional dalam bidangnya yang mengurus perihal itu, kita hanya perlu mengetahui dasarnya saja.
Apa itu kesehatan mental?
Dalam definisi kesehatan mental WHO yang tercantum dalam konstitusinya,
“Kesehatan mental merupakan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya gak adanya penyakit atau ketidakmampuan.”
Kesehatan mental sangat berpengaruh dalam kesejahteraan hidup kita baik secara fisik maupun sosial. Hal-hal yang selalu ada setiap harinya di dalam diri kita seperti pengambilan keputusan, cara berpikir, dan bertindak saling terkait pada kesehatan mental yang kita miliki. Kesehatan mental berbeda dengan gangguan mental. Seseorang dapat mengalami kesehatan mental yang buruk dan gak didiagnosis dengan gangguan mental. Misalnya kekhawatiran karena hasil ujian, Quarter Life Crisis, atau kecemasan karena finansial itu merupakan hal yang normal, dan gak termasuk pada gangguan kesehatan mental. Kenapa kita harus mengenali kesehatan mental yang kita miliki? Sebelum kita menjaga kesehatan mental yang kita miliki, kita harus mengenalinya terlebih dahulu. Apa itu kesehatan mental? Apakah kesehatan mental kita baik atau buruk? Mengenali kesehatan mental yang kita miliki merupakan bentuk kepedulian terhadap diri. Ini bisa disebut sebagai self-awareness, yang merupakan kesadaran diri untuk memperhatikan diri kita sendiri.
Salah satu cara untuk self-awareness adalah dengan mengenali bagaimana kesehatan mental kita. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk memahami dan mengontrol diri. Semisalnya, jika kamu gak tau kenapa kamu stres, kenapa kamu emosian, kenapa kamu sedih terus, yang bikin kehidupan sehari-hari kamu terganggu, aktivitas kamu jadi terganggu, atau kinerja kamu jadi menurun. Kamu gak tau kenapa dan datang dari mana perasaan yang kamu miliki, kamu terlanjur sibuk dan malu untuk mengakui bahwa ada yang salah dengan dirimu sendiri. Makanya, untuk itu, mengenali kesehatan mental yang kita miliki itu penting. Kamu akan mengenali dirimu. Apa yang menjadi penyebab akan gejala-gejala yang timbul dalam dirimu sendiri.
Setelah kamu mengenali kesehatan mental yang kamu miliki, selanjutnya kamu dapat menjaga kesehatan mental. Baik atau buruk kesehatan mental kamu saat ini, kamu harus tetap menjaganya agar tetap seimbang. perbedaan mental health dan physical health Alasan menjaga kesehatan mental itu penting
National Alliance on Mental Illness memperkirakan bahwa hampir 1 dari 5 orang dewasa mengalami masalah kesehatan mental setiap tahunnya di Amerika Serikat.
National Institute of Mental Health (NIMH), pada tahun 2017, diperkirakan 11,2 juta orang dewasa di AS, atau sekitar 4,5% orang dewasa, memiliki kondisi psikologis yang parah.
Ini membuktikan bahwa menjaga kesehatan mental sangat penting. Dengan kesehatan mental yang baik, seseorang akan menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dan dapat bekerja secara produktif. Berikut aku jabarkan alasan-alasan pentingnya menjaga kesehatan mental: Kesehatan Mental Berkaitan dengan Kesehatan Fisik
Dr. Brock Chisholm, mengatakan ”without mental health there can be no true physical health” yang berarti tanpa kesehatan mental kita gak akan mendapatkan kesehatan fisik yang sebenarnya.
Contoh sederhananya gini, kamu pasti pernah mengalami hal seperti saat sedang kehilangan semangat, amu merasa tubuh lemas. Sedangkan, saat kamu sakit untuk berpikir saja rasanya sulit.
Nah, ini dinamakan sebagai mind-body connection yang artinya bahwa pikiran, perasaan, keyakinan, dan sikap kita dapat memengaruhi kesehatan fisik kita secara positif maupun negatif. Sebaliknya, kesehatan fisik dapat memengaruhi kesehatan mental baik secara positif dan negatif.
Penelitian pun telah membuktikan pengaruh kesehatan mental pada fisik seseorang, dan sebaliknya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pada pasien yang mengalami depresi, risiko mengalami serangan jantung lebih dari dua kali lebih tinggi, sedangkan mengobati gejala depresi setelah serangan jantung telah terbukti menurunkan tingkat mortalitas pada pasien. Kesehatan Mental Berkaitan dengan Kehidupan Sosial
Pada kehidupan sosial, seorang yang memiliki gangguan kesehatan mental cenderung mengalami permasalahan pada relasi, perawatan diri, seks, kepekaan, dan lain sebagainya.
Contohnya, seorang dengan gangguan depresi mempunyai gejala seperti berkurangnya motivasi yang berakibat malas dalam menjalani kehidupan, sehingga perawatan pada diri sendiri pun berkurang.
Sebaliknya, kehidupan sosial juga berpengaruh pada kesehatan mental, lingkungan sosial yang sehat akan cenderung menciptakan pribadi yang sehat dan mempunyai pandangan yang positif.
Contohnya, seorang yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu ada untuknya, kemungkinan akan menjadi pribadi yang berpandangan positif pada dirinya sendiri maupun orang lain.
Ini terbukti pada beberapa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teori Attachment Style, yaitu teori yang mengatakan bahwa adanya pengaruh antara pengasuh dan seorang anak. Seseorang bisa menjadi pribadi yang positif, cemas atau menghindar dikarenakan pola asuh yang ia alami saat kecil.
Teori attachment ini dikemukakan oleh psikolog dari Inggris bernama John Bowlby, kamu bisa melihat lebih lengkapnya di YouTube.
Nah sampai sini udah gak dapat dipungkiri lagi, kesehatan mental seakan-akan menjadi keseimbangan dalam kehidupan kita. Bagaimana kita berpikir, mengelola emosi, berinteraksi dengan orang lain semuanya berkaitan dengan kesehatan mental.
Maka dari itu penting banget untuk menjaga kesehatan mental kita, selain itu dengan menjaga kesehatan mental kamu akan mendapatkan banyak manfaat. Emang apa aja manfaatnya?
Berdasarkan dari jurnal-jurnal dan artikel yang aku baca mengenai kesehatan mental, ada beberapa manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menjaga kesehatan mental adalah: Manfaat menjaga kesehatan mental Kesehatan mental membantu menghadapi tantangan keseharian
Seseorang dengan kesehatan mental yang baik cenderung mampu dalam mengatasi stres yang mereka alami. Mereka juga dapat dengan baik mengontrol emosi dan tindakan mereka. Kesehatan mental membantumu punya pandangan yang positif
Kesehatan mental yang baik mampu menciptakan pandangan yang positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kesehatan membuat kita memiliki kesehatan fisik yang baik
Karena kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan fisik, seorang dengan mental yang sehat lebih mampu untuk sembuh dari penyakit. Mereka memiliki pandangan positif terhadap dirinya, sehingga mempercepat dalam proses penyembuhan. Kesehatan mental membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi dan fokus yang baik
Kesehatan mental yang baik membuat seseorang berpikir secara baik, ini mengakibatkan fokus dan perhatian mereka pun lebih terarah. Orang yang mempunyai kesehatan mental yang buruk biasanya gak mudah fokus dan terdistraksi.
Itu hanya baru sebagian kecil manfaat dari kesehatan mental. Masih ada banyak manfaat dari kesehatan mental, gak heran banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai kesehatan mental. pentingnya kesehatan mental
Nah Setelah mengetahui apa itu kesehatan mental dan manfaat apa yang didapatkan jika menjaga kesehatan mental, bagaimana menurutmu?
Untuk menjaga kesehatan mental kamu bisa belajar dengan menonton video-video di YouTube Satu Persen tentang kesehatan mental atau kamu bisa mengikuti tips di bawah ini. Tips Menjaga Kesehatan Mental
1. Menjalin hubungan dengan orang lain Bagaimanapun juga kita merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan orang lain. Kita mempunyai kebutuhan emosional akan hubungan dengan orang lain. Tanpa kita sadari, kita membutuhkan dukungan dari orang lain, seperti memiliki pendengar yang baik. Dengan terpenuhinya hal ini, maka dapat membantu meningkatkan kesehatan mental kita.
2. Tetap aktif berkegiatan Aktif dalam berkegiatan bukan berarti sibuk ya. Kamu bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat atau kamu sukai seperti meditasi, olahraga, membaca buku, atau berbincang dengan orang lain.Melakukan kegiatan akan mengaktifkan kinerja otak kita untuk bekerja sehingga akan menstabilkan emosional kita.
3. Belajar cara mengendalikan stres Stres sangat memengaruhi kesehatan mental, dan stres gak dapat dihindari. Jadi, penting untuk tau cara mengendalikannya untuk membantu keseimbangan dalam diri kita. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan stres, seperti relaksasi atau meditasi.
4. Makan makanan yang sehat Apa pun yang masuk ke dalam tubuh kita tentu menjadi bagian dalam diri kita. Makanan yang kita makan, diproses ke dalam tubuh kita dan menimbulkan berbagai macam reaksi. Makanan yang gak sehat dapat merusak otak dan suasana hati, mengganggu tidur, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, makanan yang sehat dapat memberi lebih banyak energi, meningkatkan kualitas tidur dan suasana hati.
5. Waktu tidur yang cukup Jangan mengurangi waktu tidur, walaupun kamu sedang sibuk karena tugas atau pekerjaan. Karena tidur merupakan kebutuhan penting akan tubuh, maka kualitas tidur akan mempengaruhi kesehatan mentalmu. Tidur yang gak teratur, atau kurang akan memengaruhi suasana hati, energi, dan konsentrasi kamu.
6. Temukan tujuan dan makna hidup Tujuan dan makna hidup memberi makna akan menjalani hidup. Kita akan termotivasi jika kita memiliki tujuan, sehingga membuat kita semangat dalam menjalani hidup.
Tips-tips di atas memang gak harus langsung dilakukan sekaligus dan di waktu bersamaan. Butuh waktu dan proses untuk melaksanakan semua itu, dan proses belum tentu berjalan lancar. Seperti normalnya kehidupan selalu ada tantangan untuk menuju kesejahteraan tetapi itu menjadikan kita manusia dengan kesehatan mental yang kuat jika mampu menghadapinya dengan bijaksana. Bergerak Bersama Satu Persen
Untuk menciptakan orang-orang dengan kesehatan mental yang baik Satu Persen mengajak kita untuk sadar akan kesehatan mental. Satu Persen sadar akan pentingnya peranan kesehatan mental, yang gak diajarkan di sekolah, lingkungan keluarga atau masyarakat sekitar kita.
Dengan itu Satu Persen memberikan edukasi dalam bentuk konten yang bisa kamu bisa temukan di Blog, Youtube, Instagram, Twitter atau media sosial Satu Persen lainnya. Banyak hal-hal yang diangkat oleh Satu Persen seperti self-awareness, relationship, productivity, career, dan filosofi yang itu semua berkaitan dengan permasalahan kita sehari-hari. Bagaimana cara memecahkannya? Bagaimana cara mengatasinya? Satu Persen memberikan solusi atas itu semua.
Gak hanya di youtube, twitter, Instagram aja, Satu Persen mempunyai layanan yang gak kalah bermanfaat untuk membantu kamu hidup lebih berkualitas, udah ribuan yang mengikuti layanan bersama Satu Persen dan merasakan manfaatnya.
Jika kamu merasa kesulitan dalam menghadapi permasalahan kesehatan mental, jangan menyerah begitu saja. Kamu berhak untuk menjadi lebih baik. Bantuan akan selalu ada di sekitar kamu mulai dari teman-teman, keluarga, atau professional.
Sekian dari aku, thank you 😊 References
2018, Maret 30). Retrieved from World Health Organization: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response
Felman, A. (2020, April 13). What is Mental Health. Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/154543
Help Guide. (2020, October). Retrieved November 27, 2020, from https://www.helpguide.org/articles/mental-health/building-better-mental-health.htm
Kavitha Kolappa, D. C. (2013). No physical health without mental health: lessons unlearned?
University of Minnesota. (n.d.). Retrieved November 27, 2020, from https://www.takingcharge.csh.umn.edu/what-is-the-mind-body-connection
Sabarini, R. (n.d.). Retrieved from DosenPsikologi.Com: https://dosenpsikologi.com/manfaat-menjaga-kesehatan-mental